Metrosiantarnews.id | Membaiknya kondisi perekonomian global menimbulkan dampak yang positif ke sejumlah wilayah hingga ke daerah-daerah di Indonesia.
Tentu saja situasi tersebut menjadi kabar bahagia bagi seluruh masyarakat, setelah 2 tahun terpuruk akibat pandemi covid-19 yang melanda dunia.
Baca Juga:
Sri Mulyani Lapor Situasi Perekonomian Global kepada Presiden Jokowi
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Pematangsiantar Teuku Munandar mengatakan, perkembangan ekonomi di awal tahun 2022 secara global maupun nasional diperkirakan mengalami pertumbuhan positif.
Hal demikian ia sampaikan saat acara bincang media di Desa Sait Buttu Kecamatan Pematang Sidamanik, Selasa (15/3/2022).
Menurut Munandar, tentu hal itu berdampak baik bagi pertumbuhan ekonomi secara khusus di provinsi Sumut, yakni wilayah sisi Batas Labuhan (Siantar, Simalungan, Batubara, Tanjungbalai, Asahan, Labuhan Batu, Labura dan Labusel) yang juga merupakan wilayah kerja KPw BI Pematangsiantar.
Baca Juga:
Pemerintah Siapkan Kebijakan Utama dalam Mitigasi Risiko Potensi Krisis Global
Dengan situasi yang kembali pulih, sejumblah pelaku UMKM mulai membuka kembali usahanya yang sempat terdampak akibat pandemi, sehingga mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
Seiring dengan membaiknya perekonomian tersebut, sejumblah pelaku usaha maupun hasil produksi pertanian dan perkebunan sudah bisa diekspor.
Ia menjelaskan, dibandingkan pada 2020, ekspor di provinsi Sumut meningat (surplus) sehingga berpotensi membuka peluang lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan asli daerah di wilayah Sisi Batas Labuhan.
Inflasi dan harga sawi
Masih kata Teuku Munandar, inflasi Kota Siantar saat ini masih terkendali di angka 2,6% hingga Februari 2022.
Kendati begitu ada beberapa komoditas yang menjadi andil inflasi diantaranya sawi hijau. Kebutuhn sawi hijau di Siantar meningkat sementara pasokan barang kurang.
“Orang Siantar itu pecinta mie, mie gomak, mie balap, mie goreng, mie pangsit semua mie dimasak menggunakan sawi hijau,” kata Munandar.
Untuk itu pihaknya mendorong kerjasama antar pemerintah daerah untuk saling memenuhi kebutuhan pangan.
“Tujuannya memberikan kepastian harga dan akses pasar dari petani serta kepastian suplai agar tidak terjadi inflasi. Seperti jika Simalungun banyak menghasilkan sawi bisa dibawa ke Siantar dan sebaliknya jika di Siantar lebih banyak menghasilkan cabe merah bisa di kirim ke daerah yang membutuhkan,” katanya.
Selanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan pendapatan per kapita, BI Pematangsiantar juga mendorong pemerintah daerah untuk melakukan berbagai pelayanan melalui optimalisasi digitalis di daerah.
Pemerintah dapat menggunakan pembayaran non tunai untuk membayar pajak, bayar parkir dan lainnya untuk menghindari kecurangan.
“ Pemerintah harus digitalisasikan, karena dengan sistem digitalisasi lebih mudah melakukan pengawasan karena lebih mudah dilacak, cepat, langsung, aman dan dapat dipertanggungjawabkan serta menghindari kecurangan,” kata Munandar. [jat]