Ia mencontohkan soal kelembagaan. Pembentukan organisasi-organisasi sayap dan banom NU se-Sumut hingga kini belum selesai. Selain itu, ada keresahan di pengurus daerah dan potensi kegaduhan yang kemungkinan bisa muncul apalagi mendekati Muswil PWNU dengan pengkaderan sejumlah PCNU di Sumut yang tidak sesuai dengan AD/ART organisasi.
"Banyak juga pengurus NU yang rangkap jabatan, padahal itu dilarang dalam AD/ART. Sadar atau tidak itu semua menurunkan kwalitas NU sebagai organisasi keumatan. Ini semua perlu ditertibkan dan dibenahi. Untuk itu kita butuh figur pemimpin baru untuk menakodai PWNU Sumut," ucap Musaddad.
Baca Juga:
Peran Kejaksaan dalam Perjuangan Kemerdekaan: Jejak Tokoh-Tokoh Terkemuka
Hal lainnya yang disampaikan Musaddad terkait kurangnya pembinaan SDM untuk membekali warga NU tentang ke NU- an dan faham Aswaja. NU juga belum memiliki cabang usaha seperti klinik, swalayan dan beberapa cabang usaha lainnya yang bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan organisasi agar organisasi lebih mandiri.
Musaddad menyebut NU Sumut masih mengandalkan bantuan pemerintah untuk menghidupi organisasi, sementara bantuan yang didapat kecil. Ini berakibat tak maksimalnya kerja-kerja pengembangan organisasi. "Jadi kita butuh pemimpin baru yang memiliki terobosan-terobosan baru untuk membesarkan organisasi ini," tandas Musaddad.
Syuriah PWNU Sumut H Ibrahim menyebut kepengurusan PWNU saat ini tidak maksimal memanfaatkan aset yang dimiliki NU untuk menghidupi dan membesarkan organisasi.
Baca Juga:
Dukungan Tokoh Lintas Agama Pada FKUB Sulteng Upaya Peningkatan Kerukunan Antara Umat Beragama
"NU Sumut punya aset tanah di Belawan puluhan hektar, di Panyabungan ada 101 hektar, tapi aset itu tidak dimanfaatkan. Padahal harusnya bisa dibangun Ponpes di sana dan bisa menjadi Penpes terbesar di Asia," ujarnya.
Selain itu, aset NU juga ada di Jalan Pancing seluas 1 hektar tanah. Namun aset itu saat ini tidak jelas lagi keberadaannya. "Sekolah-sekolah NU juga banyak yang mati dan asetnya terlantar bahkan ada yang raib. Ini kelemahan kita dan pengurus NU saat ini," ucapnya.
Sementara Firdausi Hutasuhut mengatakan kurang berkembangnya NU Sumut meski memiliki aset dan potensi yang besar disebabkan kepengurusan NU saat ini yang otoriter dan seperti sebuah dinasti keluarga. Orang-orang yang tidak sejalan langsung dibuang termasuk PC-PC NU banyak yang di karateker karena tidak sejalan.