Hingga saat ini, dia berusaha untuk tidak menutup usahanya karena hanya ini satu-satunya sumber pencaharian keluarga.
“Walaupun kedelai tidak langka, harganya membuat kita menjadi susah. Apalagi pembeli juga berkurang,” ujar boru Sinaga.
Baca Juga:
Panen Perdana Hasil Uji Coba Penanaman Kacang Kedelai di Kabupaten Jayawijaya, Bank Papua Lakukan Pendampingan
Selama puluhan tahun berusaha, bahan baku kedelai yang ia pakai merupakan impor yang dipasarkan di Kota Pematangsiantar.
Sementara bahan baku kedelai dari pulau Jawa, menurutnya memiliki kualitas yang kurang baik.
"Memang ada juga (kedelai) dari Pulau Jawa. Tapi, kualitasnya dikatakan kurang baik dan rasa tahu kurang enak," ucapnya.
Baca Juga:
Jelang Ramadan, Mendag Janji Harga Tahu Tempe Turun Jadi Rp 12.000 per Kg
Di tempat berbeda, sejumlah pedagang tahu dan tempe di Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar mengakui adanya penurunan daya beli masyarakat.
Menurut salah seorang pedagang T Purba, sebelum harga kedelai naik dia bisa menjual 200 potong tahu setiap hari, tetapi kini penjualan berkurang sekitar 20 persen.
Ia berpendapat, menurunnya daya beli masyarakat diakibatkan berkurangnya kualitas bahan baku tempe dan tahu yang diproduksi sejak harga kedelai meningkat. [jat]