Metrosintarnews.id | Kasus pemerkosaan sadis yang menimpa seorang bocah berusia 12 tahun di Kota Medan, Sumatera Utara hingga menyebabkan korban mengidap HIV/AIDS.
Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak (PA), Arist Merdeka Sirait mengatakan, untuk mengawal proses hukum atas kasus kekerasan seksual ini, Komnas PA segera membentuk Tim Litigasi dan Advokasi, dengan melibatkan Komnas PA Provinsi Sumatera Utara.
Baca Juga:
Wujudkan Medan Smart City, Aulia Rachman Resmikan Gedung Kantor PLN Icon Plus SBU Regional Sumbagut
“Tidak ada toleransi terhadap kasus kekerasan seksual biadab ini. Polrestabes Medan harus bertindak cepat dan segera menangkap pelakunya,” tegas Arist Merdeka Sirait, Sabtu (17/9/2022).
Komnas PA berharap Polrestabes Medan tidak ragu untuk menerapkan UU No. 17/2016 tentang penetapan Perpu No. 1/2016 tentang perubahan kedua atas UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak.
“Selain memberikan pembelaan dan pendampingan hukum untuk korban. Tim Litigasi dan Advokasi yang dibentuk, juga akan memberikan layanan psikologis kepada korban,” papar Arist.
Baca Juga:
Ini Dia Daftar 145 Lokasi di Medan yang Sudah Gunakan Sistem E-parking
Sambung Arist, para pelaku pemerkosaan ini dapat diancam 20 tahun penjara, dan dapat ditambahkan satu per tiga dari pidana pokok menjadi hukuman seumur hidup, karena dilakukan oleh orang terdekat korban.
“Komnas PA segera berkordinasi dengan Kapolda Sumatera Utara,” urainya.
Terungkapnya kasus pemerkosaan terhadap bocah 12 tahun ini, berawal dari kecurigaan adik nenek korban terhadap kondisi kesehatan korban. Atas dasar itu, kemudian adik nenek menyelidikinya dengan bertanya kepada korban.
Korban mengaku sejak usia tujuh tahun telah mengalami pemerkosaan secara berulang, yang dilakukan pacar ibu kandungnya. Kemudian setelah ibunya meninggal, korban lalu tinggal bersama kakeknya.
Sialnya, selama tinggal bersama kakeknya di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan, korban justru dijadikan budak seks. Dalam kondisi itu, lanjut Arist, kemudian nenek korban mengenalkan kepada inisial A yang belakangan diketahui berprofesi sebagai mucikari.
Dari perkenalan itulah korban diduga dijual kepada sejumlah pria hidung belang. Diduga, dari sanalah akhirnya diketahui korban menderita HIV/AIDS. “Sayangnya, kasus ini belum mendapatkan perhatian dari Pemkot Medan, ujar Arist. [rum]